Rindam Jaya Part 2 : Makanan, Laper atau Doyan?
Halo, guys. Ketemu lagi nih, kali ini aku bakal ceritain
lebih lanjut soal Pendidikan Bela Negara. Keyword
terakhir kemarin apa ya? Oh, iya, Dorong Pakai Air! Trus apa hubungannya sama
judul? Tenang, mari kita bahas disini.
Pendidikan Bela Negara melatih kita untuk memiliki sikap
disiplin, termasuk disiplin sikap dan disiplin waktu. Di Dodiklatpur, segala
bentuk perpindahan dan mobilisasi harus rapi dalam bentuk barisan serta wajib
hukumnya buat menyanyikan yel-yel dan fardhu ‘ain hukumnya menyamakan langkah.
Kalau mau coba melanggar, siap-siap aja jalan jongkok tiap ketahuan sama
senior. Dalam satu barisan harus beranggotakan 30 orang ditambah 1 danton.
Jangan ninggalin temennya dan jangan berjalan sendiri-sendiri. Disini sisi
benar-benar ditekankan untuk peduli sama temennya, nggak boleh apatis, dan
nggak boleh egois.
Selain menekankan disiplin sikap, juga ditekankan mengenai
disiplin waktu. Nggak boleh telat, kalau telat silakan siap-siap jalan jongkok
menuju barisan. Termasuk dalam hal makan, nggak boleh lambat, nggak boleh
lembek, makannya di lapangan bukan di restoran. Nah, part ini yang menurutku
seru buat dibagi ceritanya.
Jadi, disana kita dapat jatah makan 3 kali sehari. Makanan
yang diberikan berupa nasi, sayur, dan lauk. Sehat, bro, sist. Kalau kalian di
kost kerjaannya makan McD tiap tanggal muda, nasi uduk tiap tanggal tengah, dan
mie instant tiap tangal tua, maka ketika kalian disini bisa disebut sebagai ‘perbaikan
gizi’. Tahu, tempe, telur, ayam, ikan muter terus selama seminggu. Makanan yang
takaran karbo, protein, dan seratnya jelas dan sehat. Ketika awal berangkat
udah pada bayangin pulang BN (Singkatan dari Bela Negara, seterusnya bakal
kutulis kayak gini) bakalan kurus karena aktivitasnya banyak maka itu salah
besar. Realitanya ketika pulang BN yang ada berat badan nambah, perut makin
padet, pipi makin tembem. Jam makan juga diatur, tiap jam setengah 7 setelah
senam pagi, jam 1 siang setelah ishoma, dan jam setengah 7 setelah ishoma maghrib.
Hayo ngaku, kalau di kost nggak mungkin pada se-teratur itu kan?
Sebelum makan, kita wajib berbaris rapi bentuk barisan dan
mengawalinya dengan doa. Tiap kali pembagian makan nggak boleh berisik, yang
bergerak kaki dan tangan bukan mulutnya. Makanannya ditempatkan di kotak bekal
makan gitu, jadi gampang dibagiinnya dan nggak rawan tumpah. Tiap kali makan
biasanya dipimpin oleh Komandan Batalyon (danyon) angkatan atau yang tertua
yang ditunjuk oleh pelatih. Mengawali dan mengakhiri makan harus dengan doa.
Kalau di kost, pada doa dulu nggak nih? Oke lanjut aja. Kan sehari-hari kita
terbiasa makan pelan-pelan dan nikmat banget. Porsi makan tiap orang juga
beda-beda kan ya. Nah, disana tuh porsi makan kita sama. Waktu makan kita juga
sama, nggak boleh lebih dari 10 menit. Makin kesini makin cepet waktunya, nggak
boleh lebih dari 5 menit. Hari pertama mayoritas pada merasa nasinya
kebanyakan, nggak kuat habisinnya. Hari Kedua masih, Cuma udah mulai sanggup
buat menghabiskan. Hari ketiga, keempat udah adaptasi bisa makan cepet dan
habis. Hari kelima, keenam mulai merasa kenapa nasinya jadi dikit banget padahal
sebenernya tetep. Pada mulai minta ke yang nggak habis. Lah, siapa yang
dimintain dong orang pada habis semua makanannya. Sumpah guys, didukung cuaca
dingin dan aktivitas yang padat dari subuh dampai jam 9 malam bakal bikin
kalian lebih cepet lapar. Kalau di kost makan bisa nanti-nanti dulu, disana
jadi ganti “ini kapan makannya lama banget, udah laper pelatih”. Selain itu,
balik lagi ke awal kalau kita nggak boleh apatis, harus mau bantuin
temen-temennya yang nggak bisa habisin makanannya. Mungkin awal-awal rasanya
ada juga yang mau muntah kan ya, tapi makin kesini malah makin mau bantuin
temennya soalnya lapernya banget-banget. Ini pada laper atau pada doyan sih
sebenernya? Selama makan bakal banyak banget ‘semangat’ yang diteriakkan sama
senior. “Sendok yang cari mulut, bukan mulut yang cari sendok! Makanan harus
habis, jangan ada sisa nasi sebutirpun yang jatuh ke tanah! Habiskan, saya
nggak mau ada laporan kalian masuk PPM! Bantuin temennya, jangan apatis!” dan
satu teriakan legendaris yang terus kebawa sampai pulang adalah “Kalau susah,
dorong pakai air!”. Itu adalah cara terampuh buat makan cepet, dorong pakai
air. Meskipun sayurnya juga udah ada kuahnya, tetep aja dorong-pakai-air ini
membantu banget. Selama di sana juga, air minumnya dingin banget dan nggak
segampang itu buat ambil air minum yang disediakan. Jadi, pada dicukup-cukupin
air yang ada di veldples sampai waktu
makan berikutnya. Hati-hati dehidrasi, minum cukup meskipun air seadanya. Kalau
dipikirkan lagi, disini kita juga dilatih untuk survive dengan segala
keterbatasan yang ada. Di hari terakhir BN, ketika jam makan dipegang sama
senior, keseruan bertambah dengan suapin temennya, jangan makan sendiri.
Udahlah, bingung mau gimana nyeritainnya saking serunya. Selain itu, jangan
meremehkan daya tahan tubuh. Minum vitamin atau madu sangat membantu selama
pendidikan di sana.
Oke, kalau kalian lagi ngebayangin suasana makannya gimana,
jangan dibayangin. Karena suasana itu nggak cukup kalau Cuma dibayangin doang,
tapi harus dirasakan secara nyata. Ketika balik ke Jakarta kalian gabakal
mungkin buat nglakuin itu bareng temen-temen seangkatan, jadi nikmati saja
selagi bisa. Apalagi dengan keberadaan di tengah rimba, harus saling membantu. Teamwork, Disiplin, dan Loyalitas itu
penting. Nggak cuma di Dodiklatpur aja, tapi seterusnya kapanpun dan dimanapun
kalian berada. Ada selipan keyword
buat post berikutnya ya di paragraf ini. Sampai ketemu di postingan berikutnya,
ya. Ingat, Dorong Pakai Air!
Komentar
Posting Komentar